JIWA YANG TULUS,
KEHIDUPAN WARGA DALAM SUATU LINGKUNGAN
Bagaimanapun kondisi seseorang,
oleh karena beberapa faktor yang menyebabkan rasa sakit hati akan terobati dan
bisa memaafkan jika yang menyakiti hati
mau berubah dan minta maaf sebagai bukti lisan.
Jiwa yang tulus selalu sadar akan
kondisinya sebagai manusia hambaTuhan, hamba yang tidak sempurna, hamba yang
bisa salah, lupa dan teledor. Kita bisa lihat dalam dinamika kehidupan
bagaimana kondisinya? Hanya jiwa-jiwa yang sehat yang peka dan tajam melihat
kondisi-kondisi sebenarnya di masyarakat.
Manusia pada jaman sekarang sudah
mulai mempengaruhi sebuah konsep yang dibentuk oleh pendahulu yang saat itu
dirasa sangat benar/valid. “Ajining diri lumantar saking kedhaling lathi” yang
artinya harga diri karena cara bicaranya. Masihkah seperti itu? Orang jahat
takut kepada orang yang bicaranya baik atau takut pada orang yang bicaranya
sangar dan dahsyat dengan penuh umpatan dan kata-kata mengancam. Kita berbicara
tentang realita, seseorang mengumpat-umpat orang baik yang hanya masalah salah
menempatkan tong sampah di sekitar rumah, yang diumpat minta maaf, karena dia
orang baik. Bagaimana jika yang diumpat orang yang biasa mengumpat orang lain?
Apa yang terjadi? Apakah orang baik itu mesti disenangi oleh tetangga-tetangganya?
Seharusnya begitu, tetapi sekarang sudah tidak menjadi pathokan dalam
berperikehidupan. Menjadi pathokan umum jika penilaian itu sudah menjadi lintas
wilayah, bukan sekumpulan golongan.
Jiwa yang tulus didasari dengan
kesadaran diri bahwa semua manusia adalah insan Tuhan, ciptaan Tuhan yang telah
diwajibkan untuk saling tolong - menolong, saling mengasihi, dan saling
menghormati. Mengapa terjadi suatu peristiwa merendahkan harkat dan martabat
oranng lain, banyak tendensi untuk jiwa-jiwa yang tidak tulus, misalnya : ingin
mencari kesan agar punya harga diri, lebih terhormat, lebih berwibawa, lebih
benar, sok punya jabatan, sok disenangi warga, dan juga secara politik hanya
untuk mengalihkan perhatian orang lain karena rasa takutnya terhadap
kesalahan dan kelemahan yang
dimilikinya. Berusaha mencari kartu truf untuk menguatkan konsep atau
pendapatnya.
PERENUNGAN KEHIDUPAN WARGA :
1. Tidak
pernah rapat RT, besuk warga, isi jimpitan, kerja bakti, bisa menghujati
pengurus dan ngrumpi tentang kelemahannya orang lain.
2. Suka
menyoroti kegiatan orang lain agar dinilai punya watak dan kebiasaan yang lebih
baik.
3. Suka
menuduh orang lain agar kebusukan dirinya tidak terdeteksi.
4. Merendahkan
martabat orang lain agar dikira orang lebih terhormat.
5. Sering
mengkritik dan menggosip agar dianggap sudah menjalani hidup yang benar.
6. Menghasut
orang lain untuk punya rasa benci untuk membuat kesan bahwa dirinya lebih baik
sikapnya.
HAL-HAL KONYOL YANG HARUS
DIHINDARI :
1. Mengajak
diskusi dengan orang yang tidak tahu organisasi, hasilnya hanya masalah
dikemudian hari.
2. Mengajak
orang yang suka ribut,masuk dalam organisasi.
3. Berbuat
baik itu diartikan cari kerjaan, sedangkan kerjaan sendiri telah menunggu.
4. Berbuat
baik adalah suatu hal yang istimewa.
5. Menganggap
orang lain hanya merugikan tetapi tidak merasa kalau dia juga sering merugikan.
BOBOT WARGA DALAM BERMASYARAKAT
1. Apakah
kita sudah menjalankan aturan yang diterapkan oleh pemerintah daerah setempat
(RT/RW)?
2. Seberapa
sering kita ikut rapat RT, besuk orang sakit, kerja bakti?
3. Apakah
kata-kata kita termasuk pendamai atau penghasut sesama?
4. Apakah
kita pernah memberi usulan untuk kebaikan warga?
5. Kita
sering membantu menyelesaikan permasalahan atau memperkeruh permasalahan?
6. Kita
sering melakukan sandiwara untuk menutupi rencana jahat atau berperilaku ala
kadarnya?
7. Apakah
kita adalah peran provokasi membentuk kebencian atau pelopor untuk mengajak
orang lain berbuat baik?
8. Pernahkah
kita menyumbang kepada warga?
9. Pernahkah
kita menjadi pengurus RT/RW?
10. Seberapa
sumbangsih kita kepada warga?
11. Apakah
kita termasuk golongan yang mendukung pembangunan pemerintah setempat atau
penghambat?
BAGAIMANA KITA
BISA MENGATAKAN KALAU “ AKU ADALAH WARGA YANG BAIK?”, MARI KITA MERENUNG,…..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar